Detail Informasi

Gatholoco mulai berkembang di Temanggung sekitar tahun 1960-an hingga sekarang. Istilah gatholoco muncul dari dua kata, yaitu gatho/gathuk (cocok) dan loco (lucu). Maka, Gatholoco bisa diartikan sebagai seni gerak dan tari yang meng-gathuk-kan atau mencocokkan menjadi kelucuan. Atau dengan kata lain, Gatholoco adalah tari yang memadukan pitutur/nasihat dan kelucuan. Sering kali penonton dibuat tertawa oleh vokalis yang menyanyikan syair-syair berupa parikan atau pantun lucu tapi juga mengandung nasihat, kritik sosial, dan keagamaan.

Gerak tari yang disajikan dalam Gatholoco menggambarkan aktivitas kehidupan sehari-hari di masyarakat seperti ngarit (menyiangi rumput), mencangkul, membaca, bermain, dan sebagainya. Tarian ini dimainkan oleh 20 penari atau lebih, menyesuaikan kondisi saat pertunjukan. Riasan wajah atau properti topeng penthul (topeng yang tidak utuh) yang dipakai oleh pemain juga berbeda-beda karakter, seolah menggambarkan karakter, watak, atau perilaku manusia dalam masyarakat. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Gatholoco antara lain terbang/rebana, kendang, kempling, angklung, tamborin. Selain sebagai tontonan, kesenian ini juga berfungsi sebagai sarana pemersatu, pendidikan, dan fungsi sosial lainnya. Hingga kini, Gatholoco sering ditampilkan di berbagai acara hiburan, hajatan, upacara adat, dan lain-lain.