Detail Berita

 

Temanggung,Feb20 - Berbicara mengenai masalah pengeluaran untuk konsumsi sampai dengan saat ini tidak akan pernah ada habisnya. Kompleksitas kehidupan manusia akan terus menambah jumlah kebutuhan hidup yang harus segera untuk dipenuhi. Jika dicermati seharusnya pola konsumsi masyarakat akanbergeser sesuai dengan hukum Engel. Hukum Engel menyatakan bahwa "semakin kecil pendapatan seseorang, semakin besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan. Sebaliknya, semakin besar pendapatan seseorang, semakin kecil bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan”.

Secara umum tujuan konsumsi di antaranya adalah :

  1. memenuhi kebutuhan jasmani/fisik, contoh: makan, minum, disuntik, dan lain-lain;
  2. memenuhi kebutuhan rohani, contoh: menyaksikan hiburan, meminta petunjuk ulama, dan lain-lain;
  3. mendapat penghargaan dari orang lain.

Pola konsumsi adalah susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari pendapatannya. Pola konsumsi tiap orang berbeda-beda. Orang yang berpendapatan tinggi berbeda pola konsumsinya dengan orang yang berpendapatan menengah, berbeda pula dengan orang yang berpendapatan rendah. Pola konsumsi direktur berbeda dengan konsumsi karyawan. Pola konsumsi guru berbeda dengan pola konsumsi petani.

Perbedaan pola konsumsi tiap orang tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. tingkat pendidikan/pengetahuan;

b. kondisi tempat tinggal iklim;

c. jenis pekerjaan;

d. tingkat peradaban bangsa;

e. kebiasaan dan kondisi sosial budaya masyarakat;

f. tinggi rendahnya harga barang dan jasa;

g. selera yang sedang berkembang di masyarakat.

Pola konsumsi orang berbeda-beda, tetapi secara umum dalam berkonsumsi orang akan mendahulukan kebutuhan pokok, baru kemudian memenuhi kebutuhan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengonsumsi bermacam-macam benda/barang dan jasa. Benda yang dikonsumsi manusia di antaranya beras, kedelai, meja, kursi, payung, mobil, dan lain-lain. Benda-benda tersebut dikonsumsi dan diperlukan manusia karena benda-benda tersebut memiliki kegunaan (utilitas). Beras diperlukan manusia karena beras dapat ditanak menjadi nasi untuk dimakan. Kedelai diperlukan manusia karena dapat diubah menjadi tempe atau menjadi susu untuk dikonsumsi manusia. Jadi, yang dimaksud dengan kegunaan adalah kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkembangan jaman dan peningkatan kesejahteraan bagaimanakah pola konsumsi pangan masyarakat Temanggung saat ini?

Pola Konsumsi Kegiatan konsumsi, pola pengeluaran antar rumah tangga tidak akan pernah sama persis. Akan tetapi memiliki perbedaan keteraturan dalam pola pengeluaran secara umum. Pola pengeluaran ini bisa juga disebut pola konsumsi (sebab konsumsi merupakan suatu bentuk pengeluaran). Pola konsumsi berasal dari kata pola dan konsumsi. pola adalah bentuk (struktur) yang tetap, sedangkan konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh individu/kelompok dalam rangka pemakaian barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan. Jadi, pola konsumsi adalah bentuk (struktur) pengeluaran individu/kelompok dalam rangka pemakaian barang dan jasa hasil produksi guna memenuhi kebutuhan.

Samuelson dan Nordhaus (2004) menjelaskan keteraturan pola konsumsi secara umum yang dilakukan oleh rumah tangga atau keluarga. Keluarga-keluarga miskin membelanjakan pendapatan mereka terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan dan perumahan. Setelah pendapatan meningkat, pengeluaran makan menjadi naik sehingga makanan menjadi bervariasi. Akan tetapi ada batasan uang ekstra yang digunakan untuk pengeluaran makanan ketika pendapatan mereka naik. Oleh karena itu, ketika pendapatan semakin tinggi, proporsi pengeluaran makanan menjadi menurun dan akan beralih pada kebutuhan nonmakan seperti pakaian, rekreasi, barang mewah, dan tabungan.

Pola konsumsi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga. Pola konsumsi yang didominasi pada pengeluaran makanan merupakan potret masyarakat dengan kesejahteraan yang masih rendah. Sebaliknya pola konsumsi yang didominasi pada pengeluaran nonmakanan merupakan gambaran dari rumah tangga yang lebih sejahtera. Hal ini disebabkan rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah hanya dapat fokus memenuhi kebutuhan pokok demi keberlangsungan hidup rumah tangga sehingga pola konsumsi tampak dominan pada konsumsi makanan. Sedangkan rumah tangga yang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat memenuhi baik kebutuhan makanan maupun nonmakanan. Berikut penjelasan Badan Pusat Statistik (2005) mengenai konsumsi makanan, minuman, tembakau serta konsumsi non makanan :

1. Konsumsi makanan, minuman dan tembakau.

a. Padi-padian, macam: beras, jagung basah dengan kulit, beras jagung, sorgum, bulgur, dan nasi aking (sisa nasi yang dikeringkan dan dimasak kembali)

b. Umbi-umbian, macam: sagu daripohon sagu, gaplek, antara lain gadung, oyek (beras yang dibuat dari singkong), uwi, gembili, gogik, dan sagu dari ketelapohon.

c. Ikan, daging, cumi, kerang, penyu, ubur-ubur, dan teripang, ikan dalam kaleng, ikan diawetkan, ubur-ubur diawetkan, remis diawetkan, abon udang, dan bekicot diawetkan.

d. Daging, terdiri dari daging kambing, unggas, daging kaleng, abon daging, daging yang diawetkan, daging kuda, daging kelinci, ular, dan anjing, laron, belalang, tawon, dan marus (darah ayam atau sapi).

e. Telor dan susu, meliputi telur penyu, telur angsa, telur asin, baik mentah maupun yang siap dimakan matang, susu murni, susucair bubuk, dan susu bubuk bayi serta hasil dari pengolahan susu seperti yogurt dan dadih.

f. Sayur-sayuran.

g. Kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang polong, kacang tunggak, kacang bogor, kacang koro, kacang jogo, dan kacang ercis/kapri, saridele, kembang tahu, tepung hunkwe, dan makanan lainnya dari kacang-kacangan.

h. Buah-buahan.

i. Minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kelapa, mimyak samin, minyak lemak dan santan instant, serta minyak yang sudah dimurnikan.

j. Bahanminum, seperti gula merah (gula air), coklat instan, gula saeharin, gula biang, coffe mix, nutrisari, exxence, madu dan lain-lain.

k. Bumbu-bumbuan, seperti penyedap masakan/vetsin, bumbu masak jadi/kemasan, cuka, jahe, lengkoas, kunyit, kayu manis, jerukpurut, jeruk limau, sereh, tempoyak, jeruk nipis, dan daun salam.

l. Konsumsi lain meliputi mi instan, bihun, bubur bayi kemasan, soun, misoa, kwee tiau basah, vanili, dan macam-macam bumbu kue, selai, meses dan lain-lain.

m. Makanan dan minuman jadi, misal roti tawar, kue basah, makanan gorengan.

n. Tembakau dan sirih, meliputi rokok kretek filter, rokok kretek tanpa filter, rokok putih, sirih/pinang termasuk gambir, rokok klobot, rokok menyan, papir, daun kawung, cerutu, klembak menyan, dan saos rokok/tembakau, termasuk filter plastik.

2. Konsumsi bukan makanan/non makananan.

a. Perumahan dan fasilitas rumah tangga, meliputi sewa rumah, pembayaran air, pemeliharaan dan perbaikan generator, kayu bakar dan bahan bakar lainnya.

b. Aneka barang dan jasa seperti; sabun cuci, bahan pemeliharaan pakaian, biaya pelayanan obat, biaya obat, biaya pelayanan pencegahan, biaya pemeliharaan kesehatan seperti vitamin, jamu, urut, sumbangan pembangunan sekolah SPP dan atau BP3, iuran sekolah lainnya, buku pelajaran, fotocopy buku pelajaran, baik untuk sekolah maupun kursus, transportasi/pengangkutan umum, hotel, penginapan, bioskop, sandiwara, olahraga, dan rekreasi lainnya, upah/gaji pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun, dan sopir, jasa lembaga keuangan (jasa ATM, jasa kartu kredit, biaya transfer, dsb)

c. Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala, meliputi semua jenis pakaian laki-laki dan perempuan dewasa, semua jenis pakaian anak-anak, serta pengeluaran lainnya untuk pakaian, alas kaki, tutup kepala serta handuk, mukena, sajadah, jubah, ikat pinggang, semir sepatu, sikat sepatu, ongkos binatu,dan gantungan pakaian.

d. Bahan tahan lama, terdiri dari; perbaikan perabot, perlengkapan, dan perkakas rumah tangga, HP dan asesorisnya termasuk perbaikannya, mainan anak danperbaikannya, pengeluaran untuk alat hiburan, binatang dan tanaman peliharaan, barang tahan lama lainnya seperti pemasangan instalasi listrik, pemasangan instalasi telepon termasuk pesawat telepon, pemasangan instalasi ledeng, ayunan, kereta bayi dan biaya perbaikannya.

e. Pajak, pungutan dan asuransi, seperti PBB, pajak kendaraan bermotor, pungutan/retribusi iuran RT/kampung, sampah, keamanan, perbaikan jalan, kebersihan, parkir, dan sebagainya. Pengeluran berbagai jenis asuransi misalnya asuransi kesehatan, asuransi jiwa serta asuransi kerugian. Pengeluran lainnya seperti tilang, denda dan lainnya.

f. Keperluan pesta dan upacara/kenduri, seperti untuk pesta perkawinan, khitanan dan ulang tahun, perayaan hari agama, ongkos naik haji. Sama halnya dengan rumah tangga pada umumnya, mahasiswa yang juga memiliki kebutuhan untuk dipenuhi dengan melakukan tindakan konsumsi diduga memiliki pola konsumsi tertentu pula. Pola konsumsi pada mahasiswa memiliki perbedaan-perbedaan yang didasarkan pada berbagai macam hal seperti tambahan pendapatan (uang saku), usia, jenis kelamin, dan perbedaan latar belakang sosial ekonomi, misalnya tinggal di rumah kos atau tinggal bersama orang.

Pengertian Konsumsi

Konsumsi sering diartikan sebagai tindakan pemenuhan makanan dan minuman saja. Namun sejatinya tindakan konsumsi lebih luas dari pengertian tersebut di atas, konsumsi merupakan tindakan penggunaan barang dan jasa akhir yang siap digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. “Fungsi utama daripada barang-barang dan jasa-jasa konsumsi ialah memenuhi kebutuhan langsung pemakainya” (Soediyono, 1989).

Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi. Barang dapat dipilah menjadi barang tidak tahan lama (non durable goods) yaitu barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian dan barang tahan lama (durable goods) yaitu barang yang memiliki usia panjang seperti mobil, televisi, dan alat-alat elektronik. Sementara itu jasa (service) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter (Mankiw, 2000).

Menurut Eugence A. Diulio (1993), konsumsi terbagi 2 (dua) yakni konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluran untuk pembelian barang-barang dan jasa yang secara terus menerus dikeluarkan selama beberapa tahun sedangkan konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin. Menurut Samuelson & Nordhaus (1996) “konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya.” Dapat disimpulkan bahwa konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga untuk pembelian barangbarang (tidak tahan lama maupun barang yang tahan lama) dan jasa hasil produksi, yang dilakukan secara rutin ataupun hanya sementara guna memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tingkat konsumsi seseorang individu dipengaruhi oleh berbagai hal. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang individu untuk melakukan tindakan konsumsi.

a. Faktor Ekonomi

1. Pendapatan Untuk membeli barang konsumsi individu menggunakan uang dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan. Pada umumnya semakin tinggi pendapatan individu/rumah tangga maka pengeluarna konsumsinya juga akan mengalami kenaikan.

2.Tingkat Harga Apabila harga barang/jasa kebutuhan hidup meningkat maka konsumen harus mengeluarkan tambahan uang untuk bisa mendapatkan barang/jasa tersebut. Atau, konsumen dapat mengatasi dengan mengurangi jumlah barang/jasa yang dikonsumsi, karena kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang.

3. Ketersediaan Barang dan Jasa Meskipun konsumen memiliki uang untuk membeli barang konsumsi, ia tidak dapat mengkonsumsi barang/jasa yang dibutuhkan apabila barang/jasa tersebut tidak tersedia. Semakin banyak barang/jasa tersedia, maka pengeluaran konsumsi masyarakat/individu akancenderung semakin besar.

4. Tingkat BungaBunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

5. PerkiraanMasa Depan Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

b. Faktor Demografi

1.Komposisi Penduduk Suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.

2.Jumlah PendudukDaerah yang memiliki jumlah penduduk banyak maka tingkat konsumsi masyarakat juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk sedikit tingkat konsumsinya tergolong rendah.

3.Letak DemografiMasyarakat di pedesaan dalam hal konsumsi akan lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan. Masyarakar di pedesaan hanya mengeluarkan sebagian pendapatan untuk mengkonsumsi makanan saja, untuk nonmakanan masih rendah. Sedangkan masyarakat di perkotaan antara konsumsi makanan dan nonmakanan bisa dikatakan hampir sama.

c. Penyebab Lain

1. Kebiasaan Adat Sosial BudayaKebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya masyarakatnya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya masyarakatnya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar.

2. Gaya Hidup Seseorang yang memiliki memiliki gaya hidup tinggi maka akan memiliki pengeluran konsumsi yang tinggi pula. Ketika pendapatan meningkat, secara langsung tingkat konsumsi juga mengalani peningkatan yang biasanya digunakan untuk konsumsi bukan makanan.

 

  PEMBAHASAN

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik pada setiap tahunnya,  diketahui bahwa rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok makanan dan non makanan di Kabupaten Temanggung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 pengeluaran rata-rata per kapita sebulan sebesar   Rp. 681.806,- meningkat 3,64 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 657.837,-. Untuk kelompok makanan sebesar Rp. 346.581,-  atau 50,83 persen, sementara sisanya 49,17 persen untuk non makanan sebesar Rp. 335.225,-. Peningkatan Pengeluaran per kapita ini tentunya menunjukkan peningkatan pendapatan masyarakat sekaligus menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan pembangunan di Temanggung.

Dari data Susenas ada 14 jenis pengeluran untuk makanan yaitu padi-padian, umbi-umbian, ikan/udang/cumi/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan kelapa, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, dan yang terakhir adalah tembakau/sirih (rokok).  Pada tahun 2018 pengeluaran makanan yang paling tinggi di Kabupaten Temanggung adalah makanan dan minuman jadi, yaitu sebesar 29,27 persen, kemudian peringkat kedua pengeluaran untuk padi-padian sebesar 14,76 persen dan ketiga pengeluaran konsumsi untuk tembakau/sirih (rokok) sebesar 10,98 persen. Berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu tepatnya tahun 2009 dimana padi-padian masih menjadi peringkat pertama dengan persentase 22,07 persen mengalahkan makanan dan minuman jadi yang sebesar 20,53 persen. Sementara rokok masih tetap sama di peringkat ketiga dengan persentase 9,11 persen.

Mengonsumsi makanan dan minuman jadi ternyata menjadi pilihan terbanyak di Temanggung dalam memenuhi kebutuhan pangannya, dan kebiasaan mengonsumsi tembakau atau rokok yang kenyataanya lebih besar daripada untuk mengonsumsi sayur-sayuran. Makanan dan minuman jadi ini merupakan makanan dan minuman yang tidak disiapkan/dimasak oleh rumah tangga, namun langsung dapat dikonsumsi baik di dalam maupun di luar rumah, seperti di warung, di kantor ataupun di sekolah. Pola konsumsi masyarakat Temanggung yang seperti ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, sosial dan juga budaya setempat. Melihat hal tersebut, lantas bagaimana bila dikaitkan dengan kesehatan kondisi masyarakat Temanggung?.

Ternyata berdasarkan data hasil Susenas pula, persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di tahun 2018 terlihat meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 29,70 persen, sementara pada tahun 2018 sebesar 32,05 persen, dan persentase angka kesakitan pun meningkat dari 11,21 persen pada tahun 2017 menjadi 13,76 persen di tahun 2018.

Membeli makanan dan minuman jadi memang lebih praktis dan lebih enak, tidak repot memasak, tidak repot membersihkan peralatan masak, dan bisa makan apapun yang diinginkan. Apalagi ditunjang dengan adanya aplikasi/layanan food delivery yang semakin memanjakan konsumen.  Namun tentunya akan lebih banyak uang yang harus dikeluarkan. Karenanya penting untuk diperhatikan oleh konsumen terutama masyarakat Temanggung dalam mengonsumsi makanan dan minuman jadi akan kualitas makanan, kebersihan, dan tentunya harga dari makanan itu sendiri. Melihat kenyataan ini, tentunya perlu diberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat Temanggung akan pentingnya pola konsumsi pangan sehat yang lebih dikenal dengan istilah Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA).  Untuk itu penanaman kesadaran pola konsumsi yang sehat perlu dilakukan sejak dini baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

 

Disusun Oleh :

SUMARNO, SP.

KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung