Kabupaten Temanggung berada diwilayah dataran tinggi tiga gunung yaitu Gunung Sumbing, Sindoro dan Prau, yang merupakan penghasil tembakau terbaik dunia sehingga Kabupaten Temanggung dijuluki Surga Tembakau.
Desa Tlilir merupakan desa yang berada didataran tinggi Gunung Sumbing yang berada diwilayah kecamatan Tlogomulyo dikenal sejak dari dulu sebagai penghasil tembakau termahal didunia yang dikenal dengan tembakau srinthil, dimana harga 1 (satu) kg tembakau srinthil mencapai jutaan rupiah. Tembakau merupakan prioritas sumber penghidupan bagi masyarakat Tlilir, namun hal tersebut belum mampu mencukupi peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena produk tembakau merupakan pertanian musiman satu tahun sekali, yang membutuhkan pengelolaan dan cuaca/musim yang tepat untuk mendapatkan kualitas tembakau yang baik dengan harga yang tinggi. Dalam setiap tahunnya harga tembakau tidak stabil dan belum tentu menjumpai harga yang sesuai dengan harapan, yang berakibat terhadap pertumbuhan ekonomi pasang surut. Keadaan tersebut kalau dibiarkan berlarut-larut akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat yang tidak mempunyai kepastian, sehingga perlu adanya alternative lain dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya Peraturan Bupati Temanggung Nomor 95 Tahun 2021 Tentang Desa Wisata, Pemerintah Desa Tlilir bersama masyarakat senantiasa mendorong agar perekonomian tidak hanya bergantung dengan hasil tanaman tembakau yang merupakan tanaman musiman. Berdasarkan hasil dari penggalian gagasan yang dilaksankan oleh Pemerintah Desa Tlilir bersama masyarakat, ternyata di Desa Tlilir banyak dijumpai berbagai potensi yang dapat untuk dikembangkan diantaranya potensi pemandangan alam yang sangat indah dan kekayaan budaya yang cukup banyak baik dari sisi budaya peninggalan leluluhur yang masih tetap dilestarikan maupun dari jumlah kesenian yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil pemetaan potensi, Desa Tlilir mempunyai potensi yang kuat untuk dijadikan sebagai obyek destinasi wisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menangkap peluang Desa Tlilir yang begitu besar untuk menjadi destinasi wisata desa, sehingga dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Temanggung Nomor 180/238 yang mnerangkan Desa Tlilir sebagai Desa Wisata di Kabupaten Temanggung.
Salah satu kegiatan yang mendukung Desa Tlilir sebagai Desa Wisata yang mampu meyedot perhatian bagi para wisatawan untuk berkunjung di Desa Tlilir adalah Ajang festival budaya Tlilir Art and Culture Festival bertajuk “From Village to The World” merupakan salah satu daya tarik wisata baru di Kabupaten Temanggung sekaligus mendukung upaya pemerintah pusat dalam mencapai target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2023.
Festival perdana yang berlangsung pada 1-3 September 2023 di Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, itu terbilang unik karena lokasinya yang berlatar belakang view puncak gunung Sumbing. Tak hanya itu, venue untuk panggung maupun penonton berada di atas atap rumah-rumah warga yang sehari-harinya biasa digunakan untuk menjemur tembakau. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan selaras dengan berkembangnya seni dan budaya, Tlilir terus memproklamirkan diri sebagai desa wisata kampung tembakau.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) pun mendukung penyelenggaraan ‘1st Tlilir Art & Culture Festival’ yang merupakan hallmark event berbasis pariwisata dan digerakkan oleh masyarakat, dan berharap dengan adanya dukungan dan kolaborasi bebagai pihak, Tlilir Art & Culture Festival menjadi momen tak terlupakan bagi seluruh peserta dan pengunjung. Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani juga menyampaikan di lokasi festival, event seperti festival budaya merupakan bagian dari 3A (Akses, Atraksi, Amenitas) dan menjadi unsur penting untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Desa Tlilir memiliki annual event seni budaya yang terkait dengan tembakau. Jadi, tak salah jika Desa Tlilir mendeklarasikan diri sebagai Kampung Mbako (tembakau). Selain sebagai penghasil tembakau terbaik dunia, secara budaya Desa Tlilir terus menjaga tradisi leluhurnya. "Tembakau Desa Tlilir pernah diuji di laboratorium di Jerman. Dan hasil uji laboratorium itu menyebut, jika tembakau menyandang hasil terbaik di seluruh dunia.
Desa Tlilir juga memiliki event tahunan lainnya seperti Festival Domba yang diikuti lintas kabupaten, kemudian ada event Pasar Ahad Pahing yang memiliki perputaran Rp30 juta dalam setengah hari. Ada pula Festival Tembakau Srintil yang berlangsung tiap akkhir tahun yang diselenggarakan atas swadaya masyarakat.
Di event ini mereka biasanya melelang tembakau dan menghadirkan pemerhati tembakau dari Belanda, Australia dan Jepang. "Event-event tersebut berlangsung untuk mengisi ruang usai panen raya tembakau. Dengan harapan pergerakan roda ekonomi di desa kami terus berjalan stabil dari luar sektor tembakau," tuturnya. Tidak hanya kompak dalam hal penyelenggaraan Festival Tembakau Srintil, pimpinan desa dan warga Tlilir pun antusias untuk memiliki museum tembakau. Para warga mengumpulkan aset-aset yang berkaitan dengan tembakau yang dimiliki leluhur mereka di dalam sebuah museum.
Ada satu lagi event yang akan dgelar tiap tahun yaitu Tlilir Art & Culture Festival, sebuah event berbasis pariwisata dan digerakkan oleh Masyarakat setempat. Event perdana di tahun ini mengangkat tema "From Village to The World" dengan latar belakang pemandangan Puncak Gunung Sumbing.
Tujuan dibangunnya Desa Wisata Desa Tlilir Tlogomulyo:
- Meningkatkan Potensi Desa Sebagai Sumber Ekonomi Masyarakat
- Nguri-uri Kebudayaan yang ada di Masyarakat
- Menghormati kepada leluhurnya
Manfaat dibangunnya Desa Wisata Desa Tlilir Tlogomulyo:
- Desa Tlilir Semakin Dikenal
- Meningkatkan PAD dan Ekonomi masyarakat
- Meningkatkan Pengunjung dari luar desa dan kota
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat