Detail Berita

Kementerian Perindustrian setiap tahun rutin menggelar Bazar Lebaran untuk memfasilitasi penyediaan barang kebutuhan pokok masyarakat khususnya produk olahan industri seperti makanan, minuman, dan sandang dengan harga terjangkau. Seperti diketahui, menjelang Lebaran, tren permintaan terhadap barang kebutuhan pokok akan meningkat tajam.

 

“Untuk memenuhi kenaikan permintaan tersebut, tidak cukup hanya mengandalkan ketersediaan stok pasar, tetapi juga perlu didukung pendistribusian yang tepat sasaran,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai membuka Bazar Lebaran di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (13/6).

 

Menperin memastikan, kendati dijual dengan harga murah, produk-produk di bazar tersebut tetap memiliki kualitas yang terjaga. Di samping itu, pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir akan kekurangan pasokan kebutuhan pokok selama bulan puasa hingga Lebaran.

 

Menurutnya, penyelenggaraan Bazar Lebaran kali ini tidak hanya dalam rangka membantu masyarakat dalam mendapatkan barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, tetapi juga untuk mendorong para pelaku industri untuk memperkenalkan atau mempromosikan produk mereka.

 

“Upaya ini agar produk dalam negeri dapat dikenal di negeri sendiri. Harapannya juga, dengan mengenal produk kita sendiri, masyarakat tergerak untuk mengkonsumsi produk dalam negeri sehingga produk dalam negeri berjaya dan berdaya saing di negeri sendiri,” papar Airlangga.

 

Beragam produk industri olahan disediakan pada bazar ini seperti minyak goreng, aneka penganan, susu, daging olahan, sambal instan, busana muslim, batik, hinga kerajinan. Acara ini dibuka untuk umum selama empat hari, tanggal 13-16 Juni 2017 mulai pukul 10.00-17.00 WIB.

 

Pada kesempatan tersebut, Menperin menyampaikan, pihaknya terus berupaya agar industri nasional semakin tumbuh dan berdaya saing sehingga mampu memenangi kompetisi baik di tingkat nasional maupun global serta mencapai target pertumbuhan yang diharapkan. “Sektor industri pengolahan non migas mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” tegasnya.

 

Kontribusi industri

 

Untuk itu, Kemenperin berperan aktif dalam penciptaan iklim investasi yang kondusif serta memfasilitasi promosi untuk mengenalkan produk-produk industri dalam negeri, baik di pasar domestik maupun luar negeri. “Sektor industri merupakan penyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB nasional, jika dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sebesar 18,08 persen,” ungkap Airlangga.

 

Kontribusi terhadap industri non migas diberikan oleh industri makanan dan minuman sebesar 5,93 persen, diikuti oleh industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 10,70 persen, serta industri alat angkutan  sebesar 10,32 persen. Adapun industri tekstil dan pakaian jadi berkontribusi sebesar 6,17 persen.

 

Selanjutnya, sektor Industri non migas juga mengalami peningkatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Padatriwulan I tahun 2017, pertumbuhan industri mencapai4,71 persen, sedangkan pada periode yang sama pada tahun 2016 sebesar 4,51 persen. Pertumbuhan industri tertinggi dicapai oleh industri kimia, farmasi, obat tradisional, industri mesin dan perlengkapan sebesar 8,34 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman sebesar 8,15 persen, serta industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 7,52 persen.

 

Sumbangan nilai ekspor produk industri non migas pada triwulan I tahun 2017 mencapai USD 30,57 miliar atau memberikan kontribusi sebesar 75,28 persen dari total ekspor nasional. Dengan nilai impor sebesar USD 27,69 miliar, sehingga menyebabkan neraca perdagangan surplus sebesar USD 2,88 miliar. Di samping itu, perkembangan realisasi investasi sektor industri sampai dengan triwulan I tahun 2017 mencapai Rp 68,76 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar USD 7,29 miliar.

 

Sebelumnya, UNIDO melaporkan bahwa Indonesia berhasil naik peringkat ke posisi 9 setelah sebelumnya menduduki posisi ke-10 sebagai negara dengan nilai tambah industri manufaktur terbesar. Dengan capaian tersebut, Indonesia disebut sejajar dengan Inggris.

 

"Indonesia naik peringkat, jadi posisi ke-9 sejak 2017,” kata Airlangga. Menurutnya, penilaian UNIDO tersebut dari jumlah produksi dan nilai tambah industri manufaktur yang semakin meningkat di Indonesia. "Mereka menghitungnya dari manufacturing value added. Jumlahnya terus bertambah,” imbuhnya.

 

Menanggapi prestasi tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa seluruh pihak harus tetap bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi khususnya dalam pengembangan industri dalam negeri. "Apalagi, sektor industri merupakan kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional," tegasnya.

 

Menperin optimistis, pertumbuhan tersebut akan lebih terdongkrak lagi apabila kebijakan penurunan harga gas dan listrik bagi industri seluruhnya dapat terealisasi. “Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,” tegas Airlangga.

 

Langkah strategis lainnya yang perlu dilakukan, yaitu melakukan harmonisasi peraturan lintas sektoral, menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan baku industri khususnya bahan baku yang berasal dari impor, melaksanakan promosi dagang ke pasar non tradisional, serta mencari informasi kebutuhan produk dan hambatan pasar dalam rangka pengembangan pasar ekspor baru.

 

Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan. (link sumber)