Detail Berita

Budidaya tanaman kopi di Temanggung merupakan kegiatan turun temurun yang diajarkan para petani pendahulu dengan pola lama atau tradisional. Seiring dengan meningkatnya permintaan kopi asli Temanggung serta maraknya kedai-kedai kopi original Temanggung maka tehnik budidaya kopi oleh petani diharapkan menggunakan cara-cara modern dan meninggalkan pola lama agar produksi kopi dapat meningkat dan dapat dipertahankan kualitasnya.

Hal itu terungkap ketika sejumlah petani kopi di Desa Kemiriombo Kecamatan Gemawang mengikuti Pelatihan Budidaya Kopi Modern yang diselenggarakan oleh Pokja Kampung KB Dusun Mrombo di Balai Desa Setempat, Sabtu (8/12)

Pembina Kampung KB Ari Agung Martanto mengatakan,  pelatihan budidaya kopi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kopi bagi para petani agar  dapat menguasai teknologi terkini dalam mengelola kebun kopi miliknya serta meningkatkan hasil panen di musim kopi mendatang. “Dengan meningkatnya hasil panen maka diharapkan pendapatan keluarga juga meningkat sehingga kesejahteraan keluarga juga menjadi lebih baik”, tandas Ari.

Kegiatan ini diikuti  sedikitnya 60 peserta terdiri dari petani kopi dan beberapa warga peduli kopi dari berbagai unsur yaitu perangkat desa, PKK, SKD, dan tokoh masyarakat setempat. Narasumber dihadirkan dari Balai Benih Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung dengan materi sosialisasi keselamatan lingkungan dan tehnik budidaya kopi modern.

Narasumber pelatihan Suwaji mengatakan, sudah saatnya petani kopi  mengubah pola budidaya dari pola lama menjadi pola modern. “Pola modern dalam budidaya kopi memiliki cirri berwawasan lingkungan, diantaranya dengan cara mengurangi pemakaian zat kimia sebagai pestisida, atau pupuk”, jelas Suwaji.  Ia juga mengingatkan petani agar tidak memanen kopi atau petik kopi sebelum merah karena petik muda akan menurunkan nilai jual dan daya saing menjadi rendah.

Konsep petani kopi berwawasan lingkungan ini menurut Suwaji dapat dilihat pada model lahan tanam kopi yang mendukung konservasi, yaitu menjaga keselamatan lingkungan misalnya dengan cara membuat terasering bagi lahan miring. Kemudian di pinggir areal tanaman kopi tersebut perlu ditanami pohon pelindung sebagai peneduh. “Tujuan penanaman pohon pelindung ini disamping ada manfaat kayunya juga agar intensitas cahaya matahari yang masuk ke tanaman kopi tetap terjaga”, paparnya.

Seperti diketahui tanaman kopi merupakan tanaman  yang tidak terlalu memerlukan cahaya matahari secara penuh. Dengan demikian menanam pohon sebagai pelindung akan memiliki manfaat hasil ganda disamping dari tanaman kopi yang utama juga hasil kayu dari pohon pelindung. Di desa Kemiriombo pada ketinggian 400 – 500 mdpl sangat cocok untuk budidaya kopi Robusta dan Arabika. Sedangkan tanaman pelindung yang biasa digunakan petani adalah sengon yang pada umumnya sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum menanam kopi.

Lebih lanjut Suwaji mengatakan, di wilayah kecamatan Gemawang khususnya desa Kemiriombo, jenis kopi Robusta paling banyak ditanam petani karena dinilai cocok dengan syarat tumbuh dan letak geografinya serta jenis ini  memiliki tingkat produktivitas tinggi. Pemeliharaan tanaman kopi, lanjut Suwaji,  secara singkatnya meliputi pembibitan, penanaman, pemangkasan, penyiangan, dan pemupukan.

Pemangkasan cabang-cabang tanaman kopi yang tidak produktif diperlukan untuk alasan peremajaan dan membuang cabang yang terkena hama. Penyiangan dilakukan secara rutin akan menjaga dari serangan hama. “Umumnya jenis hama penyerang tanaman kopi adalah Nematoda yang menyerang bagian akar tanaman” imbuhnya. Tentang pemupukan ia menganjurkan menggunakan pupuk kompos/organik. “Hindari cara pemupukan yang disebar di atas tanah di sekitar tanaman karena akar akan mengalami kesulitan untuk menjangkau pupuk tersebut” pintanya berikut penjelasan cara yang baik pemberian pupuk kompos yaitu dimasukkan ke lubang sedalam 20 cm dan mengitari tanaman.

Suwalno salah seorang petani kopi peserta pelatihan mengungkapkan, cara budidaya selama ini mengacu pada cara “turun temurun”, sehingga adanya pelatihan ini petani mendapatkan tambahan pengetahuan lebih dalam yang menyangkut teknis budidaya modern. Guna menajamkan penyampaian teori budidaya, para peserta pelatihan diajak turun langsung ke lokasi perkebunan kopi milik warga dan narasumber langsung memandu mempraktekkan cara-cara budidaya yang baik.

Dalam kegiatan ini juga hadir pemateri dari Dinas Perindagkop setempat dan memberikan pencerahan mengenai upaya pengembangan bisnis kopi sebagai bagian dari UKM dan dalam rangka meningkatkan eksistensi Kampung KB yang telah melibatkan sejumlah lintas sektoral integratif seperti Kesehatan Lingkungan dari Puskesmas,  pengelolaan sampah, penghijauan dari Dinas Lingkungan Hidup serta sosialisasi kejar paket A, B, dan C dari UPT Dinas Pendidikan. Selain itu juga materi pendewasaan usia perkawinan  dari KUA Gemawang. Bahkan tatacara membuat lubang resapan biopori juga diajarkan dari Koramil Jumo dan bahaya napza dari Polsek Jumo.—(Ari Agung Martanto – Penyuluh Keluarga Berencana Kecamatan Gemawang)--