Detail Berita

Kegiatan parade kesenian karya siswa SMA Negeri 2 Temanggung membuat suasana Tugu Pancasila mendadak dikunjungi ratusan warga untuk menonton EXPENSIVA (Extra Ordinary Performance and Festival of SMADA), dengan berbagai pentas kesenian kreatifitas siswa, peragaan busana batik “Eko Print” dan parade keliling kota Sabtu siang tadi (12/5)

 

Diantara banyak pergelaran yang disajikan di halaman Tugu Pancasila itu yang paling membuat penonton terpana adalah pentas Kuda Lumping yang digelar oleh sedikitnya 10 grup secara bergiliran. Sorak gembira dan tepuk tangan penonton membuat para siswa semakin mantap berekspresi. Gamelan dan kendang yang ditabuh oleh para siswa juga cukup menghentak seirama dengan gerakan tarian jaran ini.

 

Meski terlihat ada beberapa siswa lupa gerakan tarinya, atau bahkan ada yang terpaksa dikirimi sandal jepit karena telapak kaki kepanasan oleh sengatan aspal, namun pentas Expensiva ini totalitas mantap dan mendapat apresiasi masyarakat. “Semua kostum kuda lumping sampai dengan badhongnya dan rambut pirangnya itu adalah buatan siswa sendiri. Tidak ada ornamen maupun properti kuda lumping yang membeli jadi, mereka membuat sendiri semua”, kata guru pembimbingnya Dwi Astuti.

 

Tim kerawitan dengan hentakan kendangnya dari siswa SMADA ini cukup kompag dan mantap. Mereka memang sudah menguasai musiknya, disamping memang memiliki bakat, mereka juga tekun berlatih, sehingga ketika mengiringi pentas Topeng Ireng suara gamelan itupun mantap sesuai gerakan sang Topeng Ireng.

 

Selama kurang lebih 2 jam pentas memang memukau penonton. Pementasan karya siswapun berseling diantara Topeng Ireng dan 10 grup Kuda Lumping, yaitu Pleton Inti SMADA, Pramuka, Theatre, Pencak Silat Merpati Putih beratraksi memecahkan batako beton, Tari Kreasi SMADA dan Fashion Show Batik “Eko Print”, dan Grup Remaja Genre SMADA dengan slogan-slogannya “Tidak Seks Pra Nikah”, “Tidak Narkoba” dan “Tidak Menikah Dini”.

 

Guru pembimbing kreasi batik SMADA, Winda Prasetyaning Adi mengatakan, jenis batik ini adalah canting namun menggunakan pewarna alami tanpa obat-obat kimia. “Siswa mengambil dedaunan alam yang masih segar kemudian langsung di tempel ke kain dan dipukul sehingga zat warnanya keluar dan langsung melekat di kain”, jelasnya. Cara lain membuat zat warna alami adalah dengan merebus atau mengukus dedaunan maupun kulit kayu kemudian ditiriskan dan diambil airnya untuk pewarna dalam membatik.

 

Usai semua grup pentas di halaman Tugu Pancasila, Kepala SMAN 2 Temanggung Supriyanto disaksikan Kepala Dinas PPKBPPPA Masruci dan Jajaran Dinas Pendidikan setempat serta tamu undangan, memecahkan kendi air bunga sebagai pertanda dimulainya perjalanan karnaval dari Tugu keliling kota melewati Pendopo Jenar Setda dan  menuju Gedung Juang di selatan Kantor Bupati Temanggung.—(bhp)—