Detail Berita

Menjadi PLKB memang harus memiliki jiwa kreatif untuk melaksanakan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Seperti yang dilakukan di UPT Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, memberikan pembekalan ketrampilan membuat tas rajut dari talikur (tali pramuka) bagi para Kader KB. “Ini dilakukan sebagai sebuah seni saja dalam melaksanakan pekerjaan agar masyarakat tidak jenuh menerima penyuluhan KB”, kata Kepala UPT KB Kranggan Amirudin di sela-sela Rakor dan Evaluasi Kampung KB di ruang kerjanya Kamis (31/8).

Menjadi Penyuluh KB dituntut untuk memiliki kemampuan membimbing, seperti guru yang juga harus memiliki pengetahuan praktek, bukan sekedar teori saja. “Kami akan mempersiapkan berdirinya kampung KB baru di tahun 2018 dan kami menginginkan UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluaarga Sejahtera) di desa ini berkembang. Karena itu harus kami berikan contoh membuat kerajinan tangan seperti membuat tas rajut dari talikur”, kata Sriyani PLKB Kranggan.

Sasaran awal latihan membuat tas rajut ini adalah Kader KB di desa Badran Kecamatan Kranggan. Setelah para kader KB memiliki ketrampilan ini maka diminta untuk membuat kelompok perajin diwilayah tugas masing-masing. Misalnya di kelompok BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina Keluarga Remaja) atau DAWIS dan kelompok usaha lainnya yang bisa dibentuk sendiri. Tentang jenis ketrampilannya tentu tergantung pada kreatifitas kader KB, tetapi jika belum memiliki ketrampilan lainnya maka membuat talikur menjadi tas atau dompet dapat menjadi alternatif.

“Di UPT KB Kranggan ada 1 Kepala UPT dan 3 PLKB masing-masing Sri Wuryanti, Sriyani dan Moh Yacob Santika.  Masing-masing memiliki wilayah binaan dan disitulah diharapkan mampu menumbuhkan kelompok-kelompok usaha produktif untuk menunjang lahirnya Kampung KB 2018”, kata Amirudin. Dicontohkannya, desa Kemloko sebagai Kampung KB tahun 2016 ada UPPKS yang saat ini sudah memproduksi “lenteng” (makanan krispi dari ketela) dan criping ketela.

 

Model penjualan tas rajut ini dilakukan dengan cara online lewat media sosial seperti facebook, instagram dan tweeter. Disamping itu cara tradisional yang juga ampuh untuk pemasaran adalah “gethok tular”. Usaha tas rajut ini sudah 1 tahun berjalan dan pemesan datang karena mendapat informasi dari temannya yang memakai tas atau dompet talikur itu. “Promosi dari mulut ke mulut ternyata cukup menguntungkan bagi kader KB yang memproduksi kerajinan tas ini”, kata Sriyani.—(bhp)—