Mendengar ucapan ”onde-onde ketawa” tentu dibenak kita berfikir jenis apakah itu bisa ketawa? Tetapi itulah yang terucap dari Herwati warga dusun Kuncen Desa Karangtejo Kecamatan Jumo ketika ditanya saat menggelar “Mini Bazar” di dusun Lempong. “Ini onde-onde ketawa, harganya sepuluh ribu”, kata Herwati sang pembuat onde-onde kecil yang bentuknya khas “mlethek” sehingga disebutnya ketawa. Hal itu terungkap ketika Desa Karangtejo diresmikan sebagai Kampung KB di wilayah Kecamatan Jumo, Senin (14/8)
Bupati Temanggung Bambang Sukarno saat meresmikan Kampung KB Karangtejo mengatakan, dengan adanya Kampung KB diharapkan manfaat program KB dapat lebih dirasakan secara langsung oleh masyarakat terutama warga Desa Karangtejo dimana pelayanan program KB akan terus terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan, pekerjaan umum dan yang lain-lainnya.
“Integrasi kegiatan itu diantaranya pembangunan Puskesma Jumo, kapan tanahnya siap maka saya akan segera bangun puskesmas itu, termasuk jalan Jumo sampai Ngadirejo juga akan terus dilebarkan”, tandas Bambang Sukarno. Apresiasi juga diberikan terhadap komitmen dan kesepakatan bersama semua Kepala Desa se Kecamatan Jumo mendukung program lingkungan hidup yaitu tidak buang air besar sembarangan atau Stop BABs yang dikenal dengan sebutan ODF (Open Defecation Free)
Deklarasi ODF itu disaksikan Bupati Temanggung didampingi Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Temanggung Masruchi beserta jajarannya, Camat beserta Muspika Kecamatan Jumo, jajaran Puskesmas Jumo dan para Kepala desa se Kecamatan Jumo serta sejumlah Mahasiswa KKN dari Universitas Diponegoro Semarang.
Ditetapkannya Karangtejo sebagai Kampung KB ternyata membuat semangat ibu-ibu PKK yang saat acara berlangsung mereka menggelar “mini bazar” di bawah tenda yang sudah dipersiapkan. Dari semua PKK RT memamerkan hasil karyanya, terutama jenis makanan ringan dan minuman. “Ini benar-benar berbahan baku alami dari ketela umbi ungu tanpa pewarna maupun zat pengawet”, papar Marsinah (40) pembuat kue bolu ungu dari umbi jalar. Ia juga tengah mencoba membuat home industri Jahe Instan yang diberi label Rimpang Sari dan sudah didaftarkan nomer IRTnya.
Banyak potensi industri makanan yang ternyata bisa diproduksi warga Karangtejo. Diantaranya Criping Talas, onde-onde ketawa, antari, ketoprak, bakpia mini dan sebagainya. Mereka yang terampil membuat aneka jenis makanan dari hasil pertanian itu menyatakan siap membuat aneka snak untuk dipasarkan. “Tetapi kami masihy kesulitan memasarkannya jika kami memproduksi dalam jumlah banyak, belim punya link penjualannya”, kata Marsinah. Ia mengatakan selama ini membuat berbagai jenis makanan hanya untuk kalangan terbatas di desanya sendiri, atau jika ada yang memesan untuk jamuan rapat.
Tentang pelaksanaan program KB-Kes, warga masyarakat sangat mendukung dan memiliki kesadaran akan perlunya perencanaan keluarga dengan dua anak cukup. “Anak anak kami tidak banyak seperti kakek nenek jaman dahulu, dengan ber-KB kami merasakan beban hidup menjadi sepadan dan bisa merasakan kesejahteraan”, tukas Marsinah mengaku benar-benar sadar KB.
Menanggapi semangat masyarakat membangun Kampung KB, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Temanggung Masruchi melalui Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Penyuluhan Tri agus Sutopo mengatakan, peemberdayaan Kampung KB merupakan program pemerintah untuk melaksanakan salah satu Nawa Cita Presiden Joko Widodo yaitu membangun Indonesia dari Pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa, serta Nawa Cita meningkatkan kualitas hidup manausia Indonesia dan jangka panjangnya adalah terjadinya revolusi karakter bangsa.—(bhp)—